Suatu hari ada seorang nenek yang bertanya sama Rasulullah SAW, “Ya Rasulullah, apa aku bisa masuk surga?”
Nabi Muhammad SAW menjawab, “Di surga tidak ada orang tua.”
Mendengar jawaban itu, si nenek tentu saja terpukul dan sangat sedih. Namun kekecewaannya tidak berlangsung lama.
Rasulullah SAW kembali berkata, “Di surga yang tinggal hanya mereka yang muda. Orang yang sudah tua di dunia akan kembali jadi muda saat berada di surga.”
Para ahli hadits, menilai humor Rasulullah SAW ini, selain melahirkan senyum, juga membawa kabar gembira. Terutama bagi kalangan lansia. Dimaksudkan agar para lansia terus meningkatkan keimanan dan amalnya kepada Allah SWT.
Di lain waktu, Rasulullah SAW juga bercanda dengan sahabatnya, Anas bin Malik. Beliau memanggil Anas dengan panggilan, “Wahai Pemilik Dua Telinga!”
Tentu saja ini humor yang benar dan tidak keluar jalur. Anas bin Malik pasti memiliki dua telinga, bukan empat telinga.
Humor dan cara bercanda Rasulullah SAW tidak pernah lepas kontrol. Apa yang dilakukannya, tidak pernah melanggar kesopanan dan tidak ada mudaratnya.
Dalam literatur Islam masa lalu, cukup banyak tokoh-tokoh muslim yang telah menghasilkan karya-karya humor. Namun humor dan canda mereka selalu mengandung unsur akidah, muamalah dan akhlak.
Di antaranya Nasruddin Hoja, Hani al Arabiy, dan Abu Nawas. Para tokoh humor ini, digambarkan sebagai manusia-manusia unik. Dari ucapan dan perbuatan mereka, semuanya mengandung pengajaran dan dakwah.
Jadi, di dalam Islam sama sekali tidak ada larangan humor dan cara bercanda. Tentu saja selama masih berada dalam koridor yang benar.
Kita tidak diperbolehkan bercanda yang berlebihan hingga akhirnya jatuh pada ghibah atau olok-olok. Misalnya, memanggil nama seseorang dengan julukan cacat yang dimilikinya. Sebagai contoh, seorang yang kakinya mengalami kecacatan sejak lahir hingga jalannya agak terpincang-pincang, lalu kita panggil dengan Si Pincang. Meskipun panggilan itu benar, tapi bisa jadi olok-olok yang menyakitkan hati pemiliknya. Padahal, pastilah tidak ada orang yang ingin lahir dalam kondisi cacat.
Al Qur’an juga telah melarang dengan tegas sikap olok-olok ini seperti yang tercantum dalam surat Al Hujurat ayat 11,
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan-perempuan lain, karena boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk.”
0 komentar:
Posting Komentar